Nama : Fajar Irawati
Npm : 17109202
Kelas : 3 ka 16
Inti dari setiap tulisan adalah klaim tentang suatu hal. Sebuah klaim harus didasari dengan argumen.
Klaim tanpa argumen bisa disebut ngawur. Selanjutnya, argumen yang kuat tentu membutuhkan bukti berupa data. Tanpa data, argumen tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Tulisan yang baik bisa dinilai dari logis atau tidaknya ketiga komponen yang berkaitan tersebut. Argumen mengenai suatu klaim haruslah logis. Jangan sampai memberikan argumen yang tidak ada hubungannya dengan sebuah klaim itu sendiri. Pun dengan bukti, data yang disajikan untuk memeperkuat argumen juga harus logis.
Proses penalaran seperti itu tidak hanya berlaku dalam penulisan. Lebih dari itu, proses penalaran yang memperhatikan ketiga komponen itulah yang disebut bernalar secara logis dan kritis. Tentu, kemampuan itu harus dimiliki oleh semua mahasiswa.
Dalam proses pembelajaran, mahasiswa tidak hanya dituntut untuk mendeskripsikan suatu hal atau sebuah fenomena (kemampuan deskriptif). Level pembelajaran atau berfikir mahasiswa harus melebihi itu, yakni analitis, kritis, bahkan hingga solutif. Level berfikir ini harus diwujudkan dalam setiap aktivitas pembelajaran, baik dalam diskusi maupun dalam penulisan naskah ilmiah.
Menulis adalah aktivitas yang dapat melatih kemampuan berfikir logis dan kritis. Apalagi menulis untuk media massa. Selain harus dibangun dengan klaim, argumen, dan data yang logis, (ruang) tulisan juga dibatasi sehingga harus singkat dan padat.
Berpikir secara logis ialah berpikir tepat dan benar yang memerlukan kerja otak dan akal sesuai dengan ilmu-ilmu logika. Setiap apa yang akan diperbuat hendaknya disesuaikan dengan keadaan yang ada pada dirinya masing-masing. Jika hal tersebut sesuai dengan kenyataan dan apabila dikerjakan mendapat keuntungan, maka segera dilaksanakan. Berpikir secara logis juga berarti bahwa selain memikirkan diri kita sendiri juga harus memperhatikan lingkungan, serta berpikir tentang akibat yang tidak terbawa emosi.
Dewasa ini, kemampuan berpikir logis dan kreatif sangat diperlukan khususnya dalam upaya mengembangkan ilmu pengetahuan yang humanis. Berbagai macam pengetahuan berhasil dikembangkan manusia dengan beragam metode berpikir. Berpikir merupakan suatu aktivitas pribadi yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Manusia berpikir untuk menemukan pemahaman atau pengertian, pembentukan pendapat, dan kesimpulan atau keputusan dari sesuatu yang dikehendaki. tertentu yang disebut dengan sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Pada langkah tertentu biasanya juga diperlukan sarana tertentu pula. Tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik.
Salah satunya adalah membuat penulisan ilmiah, karena penulisan ilmiah dibuat dengan tujuan untuk melatih para mahasiswa untuk dapat menguraikan dan membahas suatu permasalahan secara ilmiah dan dapat menuangkannya secara teoritis, jelas dan sistematis.
Dalam penulisan ilmiah kita harus mempunyai satu topic permasalahan yang harus dipecahkan dan ditemukan solusinya berdasarkan dari uji coba penelitian ilmiah yang dibutuhkan dalam membuat suatu penulisan ilmiah.
Peranan berfikir logis dituangkan dalam penulisan ilmiah pada bagian Bab 1 latar belakang masalah dimana topic yang diambil mempunyai suatu permasalahan yang sedang diteliti dan harus dipecahkan, setelah itu ada bagian batasan masalah dimana menjelaskan kelebihan dan kekurangan dalam memecahkan masalah yang telah dijelaskan pada bagian latar belakang masalah, serta bagian tujuan penulisan yang menjelaskan tentang tujuan masalah tersebut untuk dipecahkan
Berpikir ilmiah menjadi titik tolak karya ilmiah dan perkembangan kegiatan ilmiah yang didalamnya memuat proses berpikir ilmiah. Dalam proses berpikir ilmiah, terdapat dua logika yang memiliki pola berbeda, yaitu logika berpikir deduktif dan induktif.
Berpikir deduktif didasarkan pada logika deduktif dimana kesimpulan ditarik dari pernyataan umum menuju pernyataan khusus menggunakan penalaran. Hasil berpikir deduktif dapat digunakan untuk menyusun hipotesis untuk selanjutnya diadakan pembuktian atas hipotesis melalui analisa dan penalaran.
Berpikir induktif merupakan satu langkah pengambilan kesimpulan yang dimulai dari fakta khusus menuju kesimpulan bersifat umum. Langkah berpikir induktif dimulai dari pengamatan lapangan, penyusunan hasil pengamatan, pengujian data, dan penarikan kesimpulann. Pengujian hipotesis tidak melalui pengkajian teori akan tetapi melalui kajian data lapangan.
Gabungan kedua cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah yang pada akhirnya ditujukan untuk menghasilkan pengetahuan ilmiah. Berpikir ilmiah adalah gabungan berpikir deduktif dan induktif.
Dalam perspektif disiplin ilmu bahasa atau linguistik, kedua logika berpikir tersebut secara aktif diterapkan berdasarkan pada objek dan tujuan kajian. Jika tujuan suatu kajian bahasa adalah deskriptif maka logika berpikir induktif yang digunakan, akan tetapi jika diarahkan untuk kajian yang bersifat preskriptif maka logika deduktif yang diterapkan.
Sumber : www. suaramerdeka.com